PENGELOLAAN TAMAN PECAMPUHAN SALA SEBAGAI DESTINASI WISATA SPIRITUAL BERBASIS TRI HITA KARANA DI DESA ADAT SALA DESA ABUAN KECAMATAN SUSUT KABUPATEN BANGLI

MADE YOGI RISKY AMERTHA, - (2021) PENGELOLAAN TAMAN PECAMPUHAN SALA SEBAGAI DESTINASI WISATA SPIRITUAL BERBASIS TRI HITA KARANA DI DESA ADAT SALA DESA ABUAN KECAMATAN SUSUT KABUPATEN BANGLI. Other thesis, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.

[thumbnail of Skripsi] Text (Skripsi)
171308109_Made Yogi Risky Amertha.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

ABSTRAK

Taman Pecampuhan Sala merupakan destinasi wisata spiritual yang ada di
Desa Adat Sala Desa Abuan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Destinasi
wisata spiritual ini keberadaannya cukup lama namun baru dikelola dan dibuka
untuk umum pada tahun 2017. Pengelolaan destinasi wisata Taman Pecampuhan
Sala dikelola oleh desa adat yang memliki konsep Tri Hita Karana sebagai
landasan filosofi menjalankan kehidupan sosial dan agama, maka perlu mengkaji
pengelolaan Taman Pecampuhan Sala berbasis Tri Hita Karana. Berdasarkan
pandangan tersebut maka penelitian ini memiliki 3 fokus kajian yaitu : 1) potensi
wisata spiritual Taman Pecampuhan Sala berbasis Tri Hita Karana, 2)
pengelolaan Taman Pecampuhan Sala sebagai destinasi wisata spiritual berbasis
Tri Hita Karana, 3) implikasi pengelolaan Taman Pecampuhan Sala sebagai
destinasi wisata spiritual berbasis Tri Hita Karana terhadap masyarakat Desa
Adat Sala Desa Abuan, Susut, Bangli.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan
menggunakan Teori Destinasi 4A yaitu; attraction, amenity, accessibility,
anciliary), dan Teori Manajemen yang meliputi; planning, organizing, actuating,
controlling. Data yang terkumpul di reduksi dengan dipilah sesuai dengan tujuan
penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah, 1) potensi wisata spiritual yang dimiliki Taman
Pecampuhan Sala berbasis Tri Hita Karana ada tiga potensi yaitu : potensi bidang
palemahan yang teridiri dari air terjun, sungai dan air kelebutan/sumber mata air.
Potensi bidang pawongan yang terdiri dari pola hidup menyama braya, seni ukir

pandil dan seni lukis, pertunjukan parade ngelawang dan tradisi magebog-
gebogan, potensi bidang parayangan berupa ritual keagamaan dan bangunan

tempat suci. 2) Pengelolaan Taman Pecampuhan Sala dimulai dari pengelolaan di
bidang parahyangan, diawali dengan perencanaan penataan sebuah tempat suci
yaitu pura, pengorganisasiannya dengan membagi sistem kerja yang dimana sudah
memiliki peran dan tugasnya masing-masing, penggerakannya mulai menata pura
pada tahun 2005 dan rampung pada tahun 2006. Pengelolaan bidang pawongan,
diawali dengan membuat suatu lembaga organisasi digunakan untuk
mengembangkan destinasi wisata dan juga membangun sebuah bangunan untuk
masyarakat dan wisatawan, pengorganisasiannya sudah dilaksanakan dengan
adanya kelompok sadar wisata (Pokdarwis), penggerakan di bidang ini dengan
mulai menata area jaba tengah dengan membuat bale pesandekan, bale gong
hingga bangunan lainnya. Pengelolaan di bidang palemahan diawali dengan
melakukan rapat sebelum menata area lingkungan untuk dijadikan tempat melukat
wisatawan dan masyarakat, pengorganisasinya dengan membagi sistem kerja
dalam struktur kelompok sadar wisata (Pokdarwis), penggerakanya dengan mulai
membuat fasilitas dan bangunan di area tempat melukat dan terakhir tahap
pengawasan dilakukan oleh krama dengan sistem kerja bergilir. 3) Implikasi
pengelolaan terhadap masyarakat Desa Adat Sala berdasarkan konsep Tri Hita
Karana pertama implikasi bidang parahyangan, peningkatan sradha dan bhakti,
implikasi bidang pawongan, peningkatan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan
kehidupan sosial, implikasi bidang palemahan, lingkungan fisik yang selalu
bersih dan lebih tertata.
Kata Kunci : Pengelolaan, Destinasi Wisata Spiritual, Tri Hita Karana

ABSTRACT

Taman Pecampuhan Sala is a spiritual tourism destination in the Sala
Traditional Village, Abuan Village, Susut District, Bangli Regency. This spiritual
tourism destination has existed for a long time but was only managed and opened
to the public in 2017. The management of the Taman Pecampuhan Sala tourist
destination is managed by a traditional village that has the Tri Hita Karana
concept as the philosophical basis for carrying out social and religious life, it is
necessary to study the management of the Pecampuhan Sala Park. based on Tri
Hita Karana. Based on this view, this study has 3 study focuses, namely: 1) the
potential for spiritual tourism in the Taman Pecampuhan Sala based on Tri Hita
Karana, 2) the management of the Taman Pecampuhan Sala as a spiritual tourism
destination based on the Tri Hita Karana, 3) the implications of managing the
Taman Pecampuhan Sala as a tourist destination. Tri Hita Karana-based
spirituality towards the Sala Indigenous Village community, Abuan Village,
Susut, Bangli.
This study uses qualitative research methods, using Destination Theory
4A, namely; attraction, amenities, accessibility, anciliary), and Management
Theory which includes; planning, organizing, actuating, controlling. The data
collected was reduced and sorted according to the research objectives using a
qualitative descriptive approach.
The research results are, 1) the potential for spiritual tourism owned by
Taman Pecampuhan Sala based on Tri Hita Karana there are three potentials,
namely: the potential of the palemahan field which consists of waterfalls, rivers
and water kelebutan / springs. The potential of the pawongan field which consists
of the menyama braya lifestyle, pandil carving and painting, the ngelawang parade
performance and the magebog-gebogan tradition, the potential for the parayangan
field in the form of religious rituals and sacred place buildings. 2) Management of
Taman Pecampuhan Sala starts from management in the parahyangan field,
starting with planning the arrangement of a holy place, namely a temple,
organizing it by dividing the work system which already has their respective roles
and duties, the movement began to organize the temple in 2005 and was
completed in 2006. Management of the pawongan sector, starting with creating an
organizational institution used to develop tourist destinations and also building a
building for the community and tourists, the organization has been carried out
with the existence of a tourism awareness group (Pokdarwis), mobilizing in this
field by starting to organize the middle jaba area by make bale Pesandekan, bale
gong to other buildings. Management in the field of palemahan begins with
holding a meeting before arranging the environmental area to be used as a place to
melukat tourists and the community, organizing it by dividing the work system in
the structure of tourism awareness groups, moving it by starting to make facilities
and buildings in the area where melukat and finally the supervision stage is
carried out by manners with a rotating work system. 3) The management
implications for the Sala Traditional Village community based on the Tri Hita
Karana concept are first implications for the field of parahyangan, increasing
sradha and bhakti, implications for the field of pawongan, economic
improvement, community welfare and social life, implications for the field of
palemahan, the physical environment that is always cleaner and more organized.
Keywords: Management, Spiritual Tourism Destinations, Tri Hita Karana.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > GV Recreation Leisure
H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD28 Management. Industrial Management
Divisions: Fakultas Dharma Duta > S1 - Industri Perjalanan
Depositing User: Unnamed user with username isma
Date Deposited: 20 Jun 2024 03:30
Last Modified: 20 Jun 2024 03:30
URI: http://repository.uhnsugriwa.ac.id/id/eprint/177

Actions (login required)

View Item
View Item