GEDE DODY PERMANA PUTRA, - (2021) PALINGGIH SEDAAN NGINTE DAN SEDAAN JAKSA DI PURA DALEM DESA ADAT BELEGA KECAMATAN BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR (Kajian Struktur, Fungsi, Makna). Other thesis, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.
141341017_Gede Dody Permana Putra.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only
Download (1MB)
Abstract
ABSTRAK
Palinggih Sedaan Nginte dan Sedaan Jaksa adalah bagian dari Palinggih
yang ada di Pura Dalem Desa Adat Belega Kecamatan Blahbatuh Kabupaten
Gianyar. Terlihat dari namanya, Palinggih ini memiliki keunikan yang tidak
dimiliki oleh Pura Dalem pada umumnya, sehingga keberadaannya eksis di
masyarakat. Keberadaan Palinggih Sedaan Nginte dan Sedaan Jaksa erat
hubungannya dengan permohonan berkah terkait dengan permasalahan hukum dan
peradilan. Hal tersebut layak diteliti dengan judul Eksistensi Palinggih Sedaan
Nginte dan Sedaan Jaksa di Pura Dalem Desa Adat Belega Kecamatan Blahbatuh
Kabupaten Gianyar.
Rumusan masalah membedah mengenai struktur, fungsi, dan makna
Palinggih Sedaan Nginte dan Sedaan Jaksa di Pura Dalem Desa Adat Belega
Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Teori yang digunakan adalah teori
eksistensi untuk membedah persepsi dan cara pandang masyarakat, teori fungsional
struktural untuk membedah struktur dan fungsi pura, teori simbol untuk membedah
makna pura. Lokasi penelitian di Desa Adat Belega Kecamatan Blahbatuh
Kabupaten Gianyar, jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif,
teknik penentuan informan dengan purposive sampling, teknik mengumpulan data
dengan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil analisis data didapat hasil penelitian, yakni: 1) Struktur
Palinggih Sedaan Nginte dan Palinggih Sedaan Jaksa ditinjau dari bentuk yaitu
terdiri dari tiga tingkatan yang disebut dengan Tri Angga, yaitu bagian kaki atau
bebaturan, bagian badan atau palih batur sari, dan bagian kepala atau palih sari atau
rongan. Ditinjau dari konsep teologi adalah sebagai tempat memuja Ida Bhatara
sebagai personifikasi Tuhan secara spesifik atau mengkhusus kepada suatu objek
atau masalah tertentu. 2) Fungsi Palinggih Sedaan Nginte dan Sedaan Jaksa di Pura
Dalem Desa Adat Belega terdiri dari fungsi religius yaitu untuk melakukan
persembahyangan secara khusus yang bertujuan untuk memohon solusi secara
niskala atas masalah sakala yang dihadapi oleh masyarakat. Secara konsep dapat
dinyatakan sebuah pengadilan niskala, fungsi pelestari yaitu secara sakala sebagai
sebuah monument dan secara niskala sebagai spirit karakter kepahlawanan yang
dimiliki oleh leluhur, dan fungsi sosial yaitu munculnya interaksi sosial antara
orang-perseorangan yang menimbulkan adanya kerjasama, akomodasi, dan
asimilasi sosial, dan interaksi sosial antara perseorangan dengan kelompok
menimbulkan rasa kenyamanan sosial. 3) Makna Palinggih Sedaan Nginte dan
Palinggih Sedaan Jaksa di Pura Dalem Desa Adat Belega terdiri dari makna filsafat
yaitu sebagai tempat untuk memohon berkah berupa peleburan sifat keduniawian
dan penyucian jiwa untuk mencapai kebahagiaan (moksa), dan makna teologi yaitu
sebagai tempat suci untuk menyakralkan moral dan karakter masyarakat sebagai
sthana Dewa Siwa dalam prabhawa secara khusus memiliki kewenangan untuk
melebur sifat keduniawian masyarakat
Kata kunci: eksistensi, palinggih, sedaan nginte, sedaan jaksa, pura dalem
ABSTRACT
Palinggih Sedaan Nginte and Sedaan Jaksa are part of Palinggih in Pura
Dalem, Traditional Village of Belega, Blahbatuh District, Gianyar Regency. Seen
from its name, Palinggih has a uniqueness that is not shared by Pura Dalem in
general, so that its existence exists in the community. The existence of Palinggih
Sedaan Nginte and Sedaan Jaksa is closely related to the blessing request related
to legal and judicial matters. This is worth investigating with the title Existence of
Palinggih Sedaan Nginte and Sedaan Jaksa in Pura Dalem, Traditional Village of
Belega, Blahbatuh District, Gianyar Regency.
Formulation of the problem dissect regarding the structure, function, and
meaning of Palinggih Sedaan Nginte and Sedaan Jaksa in Pura Dalem, Traditional
Village of Belega, Blahbatuh District, Gianyar Regency. The theory used is the
theory of existence to dissect people's perceptions and perspectives, structural
functional theory to dissect the structure and function of temples, symbol theory to
dissect the meaning of the temple. The location of the research was in the
Traditional Village of Belega, Blahbatuh District, Gianyar Regency, the type of
research used was descriptive qualitative, the technique of determining informants
by purposive sampling, the technique of collecting data by observation, interviews,
library research, and documentation.
Based on the analysis of the data obtained research results, namely: 1) The
structure of the Palinggih Sedaan Nginte and Sedaan Jaksa in terms of form that
consists of three levels called the Tri Angga, namely the legs or babaturan, the body
or palih batur sari, and the head or palih sari or rongan. Judging from the
theological concept, it is a place to worship Ida Bhatara as a specific
personification of God or specific to a particular object or problem. 2) The function
of Palinggih Sedaan Nginte and Sedaan Jaksa in Pura Dalem, Traditional Village
of Belega consists of religious functions, namely to make prayers specifically aimed
at requesting a transcendental solution to the real problems faced by the
community. Conceptually, it can be stated that a transensental court, the function
of a preserver, that is, obviously as a monument and transcendently as a spirit of
heroic character possessed by the ancestors, and a social function, namely the
emergence of social interaction between individuals which gives rise to
cooperation, accommodation, and social assimilation, and social interactions
between individuals and groups give rise to a sense of social comfort. 3) The
meaning of Palinggih Sedaan Nginte and Sedaan Jaksa in Pura Dalem, the
traditional village of Belega consists of philosophical meaning, namely as a place
to ask for blessings in the form of fusion of worldly qualities and soul purification
to achieve happiness (moksa), and theological meaning, namely as a sacred place
to sacred the morals and character of the community as sthana Lord Shiva in
Prabhawa specifically has the authority to fuse the worldly nature ofsociety.
Keywords: existence, palinggih, sedaan nginte, sedan jaksa, pura dalem
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) |
Divisions: | Fakultas Brahma Widya > S1 - Filsafat Hindu |
Depositing User: | Unnamed user with username isma |
Date Deposited: | 15 Aug 2024 06:38 |
Last Modified: | 15 Aug 2024 06:38 |
URI: | http://repository.uhnsugriwa.ac.id/id/eprint/245 |