I NYOMAN SUARJANA, - (2020) SEDA RAGA DALAM UPACARA DIKSA MADEG PANDITA MPU DI BALI. Other thesis, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.
161209119_I NYOMAN SUARJANA.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only
Download (1MB)
Abstract
ABSTRAK
Orang suci dalam pandangan agama Hindu adalah sosok yang telah melalui proses inisiasi dan di Bali sering disebut Diksa. Pada umumnya dilingkungan umat Hindu dan khususnya di Bali orang suci diberi gelar Sulinggih. Seorang sulinggih memiliki kedudukan mulia dan terhormat. Menjadi seorang Sulinggih adalah merupakan sebuah upaya penyucian diri dan mendekatkan diri dengan Tuhan. Kemuliaan seorang Sulinggih bukan sebuah penghargaan yang diinginkannya, melainkan akibat sesana atau susila serta disiplin hidup sesuai dengan jalan dharma yang senantiasa dilakukannya. Desiplin hidup seorang wiku sangatlah sulit bila dilakukan oleh orang awam. Oleh karena demikian seorang Sulinggih tidak diperkenankan melanggar sesananya serta selalu melaksanakan kewajibannya. Kelahiran seorang Brahmana Dwijati di Bali bagi warga Pasek melalui suatu proses Diksa yang didalamnya ada upacara Seda Raga. Hal ini sudah menjadi tradisi yang dilakukan setiap pelaksanaan upacara Madeg Pandita Mpu. Hal ini juga terjadi saat pelaksanaan Seda Raga dalam upacara Diksa Madeg Pandita Mpu di Griya Agung Desa Adat Sempidi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Adapun permasalahan yang diteliti diantaranya; proses Seda Raga, Fungsi upacara Seda Raga serta makna filosofis yang terkandung dalam pelaksanaan Seda Raga dalam upacara Diksa Madeg Pandita Mpu di Griya Agung Desa Adat Sempidi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Teori yang digunakan diantaranya; Teori Sistem Religi, Teori Kebutuhan Hidup dan Teori Interaksionisme Simbolik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif, yaitu data diperoleh dominan melalui wawancara berupa narasi dan uraian. Teknik pengumpulan data melalui observasi partisipan, wawancara, dokumentasi, studi kepustakaan serta penelusuran data online. Hasil penelitian yang didapat setelah melalui analisis data maka dalam proses Seda Raga pada upacara Madeg Pandita Mpu di Griya Agung Desa Adat Sempidi terdapat proses awal yaitu mulai Diksa Pariksa, Kompetensi Guru Nabe, Mulang sembah/ sembah pepamitan, Mejauman, Mapinton, Perubahan status rumah. Pada puncak acara terdapat Melukat, Seda Raga, Matetangi, Mesucian, Mahias, Diksa dan Pemberian Bhiseka. Kemudian pada akhir acara terdapat Pawisik dari Nabe Napak, kemudian Ngelinggihang Veda dan Mulang Lingga, ramah tamah dari seluruh tamu yang hadir. Adapun fungsi Seda Raga yaitu; fungsi Fisiologi, fungsi Rasa aman, fungsi Sosial,fungsi Penghargaan, Aktualisasi diri, Penyucian diri. Makna yang didapat diantaranya; Makna Kecerdasan, Makna Keharmonisan, Makna Estetika, Simbol, Social, Ketuhanan serta makna Pembebasan.
Kata Kunci: Seda Raga, Sulinggih, Diksa, BrahmanaDwijati, Pandita
| Item Type: | Thesis (Other) |
|---|---|
| Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion |
| Divisions: | Fakultas Brahma Widya > S1 - Filsafat Hindu |
| Depositing User: | ulan |
| Date Deposited: | 21 Oct 2025 01:38 |
| Last Modified: | 21 Oct 2025 01:38 |
| URI: | http://repository.uhnsugriwa.ac.id/id/eprint/428 |

