FILOSOFI UPACARA MAGEDONG-GEDONGAN DALAM MEMBENTUK ANAK YANG SUPUTRA DI DESA SELAT KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

ABSTRAK

Agama Hindu memiliki tiga kerangka dasar yang terdiri dari tattwa (filsafat), etika (susila) dan ritual (acara). Acara menjadi landasan perilaku keagamaan, tradisi, dan budaya religious yang dilaksanakan dalam bentuk yajna. Upacara magedong-gedongan merupakan upacara manusa yajna yang dipersembahkan kepada bayi yang berada didalam kandungan ibu untuk memohon keselamatan bayi didalam kandungan dan kelak lahir menjadi anak yang suputra. Penelitian ini membahas tiga permasalahan yakni Bentuk, Fungsi dan Makna dari Upacara Magedong-gedongan. Ketiga rumusan masalah tersebut dianalisis menggunakan dua teori yakni Teori Fungsional Struktural, dan Teori Religi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang telah terkumpul dianalisis dan disusun secara sistematis sehingga mendapatkan kesimpulan mengenai Filosofi Upacara Magedong-gedongan Upacara Magedong-gedongan dilaksanakan saat kandungan berumur 210 hari atau 7 bulan masehi yang dijelaksan dalam lontar Dharma Kahuripan. Upacara Magedong-gedongan menggunakan sarana Upakara berupa gedong dan bungkak nyuh gading. Upacara ini berfungsi sebagai bentuk penyucian kepada calon bayi yang ada didalam kandungan dan juga memohon keselamatan ibu yang mengandung anak tersebut agar kelak lahir menjadi anak, yang suputra.
Kata kunci : Filosofi, Magedong-gedongan, Anak Suputra.