I NYOMAN GEDE ARYA PANDITA, - (2023) NGUSABA DANGSIL DI DESA ADAT NONGAN KECAMATAN RENDANG KABUPATEN KARANGASEM (Perspektif Teologi Hindu). Other thesis, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.
161210102_I NYOMAN GEDE ARYA PANDITA.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only
Download (1MB)
Abstract
ABSTRAK
Ngusaba dangsil dikenal dengan penggunaan “dangsil” sebagai sarana
utamanya. Dangsil adalah bebanten yang dibentuk sedemikian rupa dari rangkaian
dedaunan, jajanan khas daerah serta sesajen yang dibuat bertingkat seperti
gunung. Upacara ini dilatarbelakangi oleh wujud bakti kasih kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi (Tuhan) agar diberikan ketentraman dan kemakmuran umatnya di
dunia dengan hasil bumi yang melimpah ruah. Oleh sebab itu peneliti tertarik
untuk menelitinya dengan tiga permasalahan pokok, yaitu 1) Bagaimana prosesi
Ngusaba Dangsil di Desa Adat Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten
Karangasem? 2) Apa fungsi dari Ngusaba Dangsil di Desa Adat Nongan,
Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem? 3) Apa makna Ngusaba Dangsil di
Desa Adat Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem? Teori yang
digunakan untuk mengkaji rumusan masalah adalah teori religi, teori fungsional
struktural, dan teori interaksionisme simbolik. Sedangkan teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu: observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Prosesi awal
Ngusaba Dangsil adalah melakukan pecaruan panca sanak di ulun setra Pura
Dalem Nongan dan Pura Dalem Kupa. Kemudian pada sasih jyesta pinanggal
ping 4 Ida Bhatara Dalem Nongan dan Ida Bhatara Dalem Kupa lunga melasti di
anteb oleh Jro Mangku Pura Dalem masing-masing. Setelah balik dari melasti di
pendek di pemedal Pura Dalem masing-masing dan dibawa ke jeroan (utama
mandala) dan katuran wali pada sore harinya di Pura Puseh Desa Bale Agung
kemudian dilakukan pecaruan negtegang caru eka sato ayam brumbun. Keesokan
harinya pinanggal ping 4 sasih jyesta, Ida Bhatara Pura Puseh Desa Bale Agung
lunga melasti dan pada waktu kembali dari melasti diikuti oleh Ida Bhatara
Dalem Kupa dan Ida Bhatara Dalem Nongan kapendak di jaba pura kalinggihan
di Jeroan katuran pujawali disertai dengan berbagai tarian yang dipuput oleh Ida
Sulinggih. Dan keesokan harinya hanya dihaturkan penganyar dilanjutkan dengan
upacara penyineb tur mantuk ke Pura masing-masing. 2. Fungsi Upacara Ngusaba
Dangsil adalah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan terima kasih kehadapan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasi-Nya yang telah
memberikan kesejahteraan bagi umat manusia khususnya kepada para petani yang
telah berhasil dalam bidang pertanian sehingga hasilnya bisa digunakan untuk
kesejahteraan masyarakat Desa Adat Nongan, 3. Makna dari Upacara Ngusaba
Dangsil yaitu : 1) makna teologi yang terkandung dalam pelaksanaan upacara
Ngusaba Dangsil di Desa Adat Nongan adalah Dangsil merupakan bebanten
dengan susunan berupa dedaunan, jajanan tradisional, hingga sesajen yang
disusun mirip seperti meru yang melambangkan gunung. Dan diatas dangsil
terdapat sampian melambangkan simbol padma yang artinya simbol dari alam
semesta dengan dewata nawasanga, 2) makna keharmonisan alam semesta,
Upacara Ngusaba Dangsil sebagai salah satu media untuk memelihara
keseimbangan alam semesta yang mengacu pada tiga falsafah sumber
kebahagiaan hidup yang disebut dengan Tri Hita Karana (Parhyangan,
Pawongan dan Palemahan), 2) makna kedamaian, setelah terjadinya sebuah
interaksi yang saling terkoordinasi dalam penyiapan sarana upacara dan
pelaksanaannya dapat dirasakan adanya rasa damai setelah melaksanakan upacara
Ngusaba Dangsil.
Kata Kunci: ngusaba dangsil, teologi hindu
| Item Type: | Thesis (Other) |
|---|---|
| Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology |
| Divisions: | Fakultas Brahma Widya > S1 - Teologi Hindu |
| Depositing User: | Unnamed user with username isma |
| Date Deposited: | 21 Oct 2025 02:02 |
| Last Modified: | 21 Oct 2025 02:02 |
| URI: | http://repository.uhnsugriwa.ac.id/id/eprint/766 |

