PENGASKARAN KASOGATAN PADA UPACARA PITRA YADNYA DI DESA BUDAKELING KECAMATAN BEBANDEM KABUPATEN KARANGASEM

I GDE TAMA, - (2023) PENGASKARAN KASOGATAN PADA UPACARA PITRA YADNYA DI DESA BUDAKELING KECAMATAN BEBANDEM KABUPATEN KARANGASEM. Other thesis, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.

[thumbnail of Skripsi] Text (Skripsi)
1912101023_I GDE TAMA.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

ABSTRAK

Yadnya yang paling banyak dilakukan umat Hindu dan sarat dengan simbol
dan ritual adalah upacara pitra yadnya. Pengaskaran adalah merupakan salah satu
bentuk upacara pitra yadnya yang bertujuan untuk meningkatkan kesucian dari
sang preta menjadi pitra, dari pitra menjadi Dewa Pitara, kemudian dari status
Dewa Pitara menjadi Hyang Pitara atau Betara Hyang. Secara umum
pangaskaran dibedakan menjadi Pengaskaran kasewan dan Pengaskaran
kasogatan. Pengaskaran Kasogatan merupakan puncak dari penyucian sang roh
(atma wedana). Berbeda dengan pengaskaran kesewan, walaupun telah melalui
presesi pengaskaran namun wajib dilaksanakan upacara berikutnya yakni upacara
penyekahan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam sehingga
memperoleh pemahaman yang jelas mengenai bagaimana prosesi, fungsi, dan
makna upacara Pengaskaran Kasogatan di Desa Budakeling Bebandem
Karangasem.
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang akan
dibahas yaitu (1) Bagaimana proses upacara Pengaskaran Kasogatan di Desa
Budakeling Bebandem Karangasem?. (2) Apa fungsi upacara Pengaskaran
Kasogatan di Desa Budakeling Bebandem Karangasem ?. (3) Apa makna yang
terkandung dalam upacara Pengaskaran Kasogatan di Desa Budakeling
Bebandem Karangasem?. Untuk membedah ketiga rumusan masalah tersebut
menggunakan teori religi. Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan
sumber data primer dan sekunder, pengumpulan data dengan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini bersifat kulitatid, maka analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dijabarkan secara isstematis,
terstruktur sehingga mudah untuk dimengerti.
Upacara Pengaskaran Kasogatan dilaksanakan di rumah, Gria, ataupun
tempat pengaskaran massal. Proses Pengaskaran Kasogatan terdiri dari (1)
maturpiuning, (2) matur upasaksi di pura prajapati, (3) ngulapin, (4)
pengaskaran, (5) Penapakan, (6) Pawisik, (7) Amari aran, (8) menghaturkan saji
tarpana, (9) Ngemargiang tirta pangentas, (10) Pembakaran sekah, (11)
Ngadegan, (12) menghaturkan saji tarpana, (13) nyuwargayang, (14) prosesi
nganyut. Fungsi Upacara Pengaskaran Kasogatan yakni fungsi religius dan fungsi
pelestarian budaya. Makna yang terdapat dalam Upacara Pengaskaran Kasogatan
yakni makna penyucian dan makna Pedwijatian ( Dwijati Pati)
Kata Kunci: Pangaskaraan, Kasogatan

x
ABSTRACT

The most common yadnya performed by Hindus and full of symbols and
rituals is the pitra yadnya ceremony. Pangaskaran is one form of pitra yadnya
ceremony that aims to increase the purity of the preta to pitra, from pitra to Pitara
God, then from the status of Pitara God to Hyang Pitara or Betara Hyang. In
general, pangaskaran can be divided into Pangaskaran kasewan and Pangaskaran
kasogatan. The kasogatan ceremony is the culmination of the purification of the
spirit (atma wedana). In contrast to the kesewan pengaskaran, although it has gone
through the pengaskaran precession, the next ceremony, namely the penyekahan
ceremony, must be carried out. This research aims to dig deeper so as to obtain a
clear understanding of how the procession, function, and meaning of the
kasogatan casking ceremony in Budakeling Village, Bebandem Karangasem.
Based on the above background, the problem formulations to be discussed
are (1) How is the process of the Pangaskaran Kasogatan ceremony in Budakeling
Bebandem Karangasem Village? (2) What is the function of the Pangaskaran
Kasogatan ceremony in Budakeling Bebandem Karangasem Village? (3) What is
the meaning contained in the Pangaskaran Kasogatan ceremony in Budakeling
Bebandem Karangasem Village?. To dissect the three problem formulations using
religious theory. In this study, data collection used primary and secondary data
sources, data collection using observation, interview and documentation methods.
This research is kulitatid, so the analysis used is qualitative descriptive analysis
described systematically, structured so that it is easy to understand.
The Pangaskaran Kasogatan ceremony is held at home, Gria, or a mass
burial place. The process of Pengaskarna Kasogatan consists of (1) maturpiuning,
(2) matur upasaksi in the prajapati temple, (3) ngulapin, (4) pengaskaran, (5)
Penapakan, (6) Pawisik, (7) Amari aran, (8) offering tarpana, (9) Ngemargiang
tirta pangentas, (10) burning sekah, (11) Ngadegan, (12) offering tarpana, (13)
nyuwargayang, (14) nganyut procession. The functions of the Pangaskaran
Kasogatan Ceremony are religious functions and cultural preservation functions.
The meaning contained in the Pangaskaran Kasogatan Ceremony is the meaning
of purification and the meaning of Pedwijatian (Dwijati Pati).
Keywords: Pangaskaraan, Kasogatan

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology
Divisions: Fakultas Brahma Widya > S1 - Teologi Hindu
Depositing User: Unnamed user with username isma
Date Deposited: 21 Oct 2025 02:04
Last Modified: 21 Oct 2025 02:04
URI: http://repository.uhnsugriwa.ac.id/id/eprint/793

Actions (login required)

View Item
View Item